Subscribe Us

MOMENTUM JKDN II MENGUAK SEJARAH YANG TERLUPA

Oleh Roro Ery S., SE.
(Muslimah Aktivis Dakwah)


Vivisualiterasi.com-Menjelang hari lahirnya Rasulullah, tak ayal kaum muslim mempersiapkan berbagai perhelatan peringatan. Harapannya bukan hanya sekadar ritual namun menjalankan kewajiban, istikamah, dan menyegerakan ketaatan pada Allah Swt. Itulah bentuk kecintaan kita kepada Rasulullah saw. sebagai utusan Allah untuk menyebarkan Islam, yang sampai hari ini kita rasakan. Beliau lahir di kota Makkah pada Senin, 12 Rabi'ul Awal 571 M (kalender Romawi) sekitar 1450 tahun yang lalu. Terlahir dari ibunda bernama Aminah binti Wahab dan ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Tahun kelahiran beliau juga disebut sebagai Tahun Gajah yaitu tahun ketika pasukan gajah di bawah pimpinan Abrahah Habasyah tengah menyerang Ka'bah.

Perjuangan dakwah Rasul tak pernah hilang bahkan lekang oleh waktu. Hingga hari ini terus kita lakukan untuk menjalankan sebuah warisan agung demi tegaknya Islam di muka bumi ini. Dakwah Rasul di zamannya sebagian menerima dan banyak juga yang menolak, namun Rasul tak pernah sedikitpun bergeming untuk menerima kondisi penolakan karena beliau merasa tanggung jawab yang harus dipikul atas perintah-Nya.

Setelah hijrahnya Rasulullah saw. di Madinah, beliau bersama umat Islam membangun masjid di atas tanah yang dibeli dari dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail asuhan Mu'adz bin Afra. Masjid itu sekarang dikenal sebagai Masjid Nabawi. Masjid tersebut digunakan untuk pusat dakwah, melaksanakan ibadah, dan mengajarkan nilai-nilai persaudaraan. Selain itu, Masjid Nabawi juga menjadi sarana penting untuk merundingkan masalah-masalah yang dihadapi umat Islam.

Rasulullah saw. di Madinah selain mendakwahkan Islam juga menjalankan sistem politik, pemerintahan, militer, dan lainnya. Karenanya ayat-ayat Al Qur'an yang turun di di periode Madinah berisi muamalah dan pembinaan hukum. Dengan strategi dakwahnya, Rasul membentuk sistem sosial dan pemerintahan negara Islam yang berpusat di Madinah.

Rasulullah saw. tak hanya berhenti di kota Madinah. Berbagai penaklukan melalui peperangan dan futuhat selalu beliau laksanakan bersama kaum muslimin. Mulai dari Jazirah Arab sampai keluar dari negeri-negeri arab. Perjuangan itu diteruskan oleh para Khulafaur Rasyidin setelah wafatnya beliau. Lalu dilanjutkan oleh para Khalifah sesudahnya hingga dihancurkan oleh Mustafa Kemal Ataturk pada 1924.

Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah saw. sangatlah berhasil hingga menyebar sampai dua pertiga dunia dengan menebarkan rahmatan lil 'alamin. Sepeninggal beliau, perjuangan dakwah tak berhenti pada masanya namun  dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, lalu sistem kekhilafahan Bani Umayah, Bani Abbasiyah, dan Bani Utsmaniyah. Sehingga Islam menyebar ke nusantara hari ini  berkat perjuangan dan kegigihan para Khalifah.

Sejarah telah menorehkan tinta emas bagi kaum muslim yang beriman untuk berpegang teguh pada syariat Allah Swt. Dengan berdirinya Daulah Islam di Madinah, tentu Muhammad saw. sebagai kepala negaranya, menerapkan syariat Islam secara kafah yang tercantum di Piagam Madinah. Rasulullah saw. pun berhasil mempersaudarakan umat Islam seluruh dunia dengan ikatan akidah Islam. Sehingga ikatan-ikatan ashabiyyah yaitu ikatan kesukuan, kebangsaan, dan nasionalisme berhasil dilenyapkan. Dimana ikatan itu sebagai penyebab permusuhan, kebencian, serta kezaliman.

Sejarah yang hampir terlupakan karena upaya berbagai kepentingan dan penghianatan seorang Mustafa Kemal Ataturk yang berhasil meruntuhkan Khilafah Utsmani di Turki pada (03/03/1924). Maka sejak saat itu umat tak lagi berpegang teguh pada hukum Allah. Namun memilih menggunakan hukum buatan manusia dengan menerapkan sistem sekularisme, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga umat benar-benar tidak ada pegangan lagi, goyah tak tahu tujuan serta arah hidup yang akhirnya timbul kerusakan, kemudaratan, dan kesengsaraan.

Sangat jelaslah bahwa kerusakan umat hari ini karena tanpa adanya Khilafah, yang seharusnya berpegang teguh pada aturan Allah Swt. Namun saat ini umat bagaikan anak ayam kehilangan induknya dimana umat tidak memiliki pegangan ataupun pelindung sebagai junnah. Mereka menganggap persoalan agama hanya boleh diurusi oleha ulama-ulama, sedang kita biarlah menikmati hidup ini yang sebentar dengan tidak menyusahkan diri dalam banyaknya aturan Islam.

Pengaburan sejarah terkait peran Islam dalam sistem kapitalisme, sehingga umat merasa tidak memerlukan Khilafah. Selain itu, sistem ini berusaha menguburkan segala informasi tentang hubungan nusantara dengan peradaban Islam yang pernah berjaya menorehkan tinta emasnya di kehidupan umat. Upaya musuh Islam  telah melakukan banyak cara dengan tujuan menghancurkan kaum muslim, dengan yakinnya mereka bahwa umat Islam akan bangkit dan menang sebentar lagi. Sehingga, upaya dari sisi manapun mereka lakukan untuk merusak generasi, ekonomi, keluarga, dan peradaban.

Maka dengan pemutaran film Jejak Khilafah di Nusantara pada Rabu, 20 Oktober 2021 sesungguhnya untuk mengenang kembali momentum Maulid Nabi Muhammad saw. itu sangatlah penting agar kita menjadikan beliau sebagai sosok satu-satunya suri tauladan (uswah) dalam semua aspek kehidupan baik itu berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara. 

Allah Swt. berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ - ٢١

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS. Al Ahzab: 21)

Film Jejak Khilafah di Nusantara jilid 2 benar-benar akan menguak dan membuka mata umat bahwa sejarah keberadaan Khilafah tak bisa dipungkiri lagi. Walaupun sebagian sejarawan menyangkalnya. Padahal jelas tergambar peninggalan-peninggalan sejarah, baik itu berupa dokumen, tugu, makam para sultan, bendera, meriam, dan masih banyak lagi sebagai bukti tak terelakkan bahwa begitu jelas adanya Jejak Khilafah di Nusantara. 

Itupun diutarakan seorang tokoh yang dikenal sebagai ahli sejarah, sampai akhirnya meralat pernyataannya sendiri. Padahal sungguh jelas tercantum dalam buku yang ditulisnya. Begitu aneh memang, akan tetapi beginilah negeri kapitalis sekuler, setiap orang bisa berucap sekehendak hati selama bermanfaat bagi kepentingan atau kelompoknya. Padahal, di dalam Islam ketika seseorang berkata atau berucap tentu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. kelak di Yaumil Akhir.

Sesungguhnya, umat Islam dengan melihat kebenaran sejarah sekaligus haruslah dapat menangkis pendapat pihak yang menolak Khilafah. Bahwa perjuangan Khilafah di Nusantara adalah ahistoris. Padahal jelas bahwa beberapa wilayah di Nusantara berhubungan erat dengan Khilafah. Tampak pada prasasti dan mata uang yang tertulis berbahasa Arab serta di dalamnya terdapat lambang Khilafah Islamiyah pada masanya. Maka, menjadi begitu jelas bahwa Khilafah pernah ada di Nusantara dan sebagai sebuah ajaran yang secara historis juga pernah diterapkan, bahkan pengaruhnya pun sampai ke seluruh nusantara.

Sehingga umat begitu membutuhkan Khilafah lagi sebagai junnah, maka diperlukan sebuah perjuangan dakwah dan jihad agar Khilafah segera tegak di muka bumi ini. Dakwah tidak perlu menunggu hari esok karena setiap manusia tidak ada yang tau kapan Allah Swt. panggil untuk pulang. Saatnya berjuang untuk membangun peradaban baru dengan tegaknya Khilafah. [Irw]

Posting Komentar

0 Komentar