Oleh: Aubi Atmarini Aiza
Rumah selalu dimakna sebagai pelindung
Sebab dirinya memang dicipta untuk berlindung
Sepantasnya ia menjadi tempat paling aman
Untuk bersemayam dan pulang melepas penat
Namun hari ini, rumah tak lagi sebermakna itu
Faktanya, beberapa merasa ingin pergi dan tak ingin kembali lagi
Rumah tak lagi damai, bukan lagi menjadi tempat berpulang
Melainkan sebagai pusatnya derita yang ingin ditinggalkan
Rumah yang ramah tak lagi berada
Bukan pelindung, melainkan tempat paling berbahaya
Banyak yang tewas atas kemanusiaan yang mati oleh sifat hewani
Begitupun duka, mengalir seiring iman memudar kemudian hilang
Hangatnya rumah berubah menjadi lebih dingin dari kutub
Perlindungan dari kerasnya dunia, berubah menjadi pusat amarah yang mencekam
Keluarga yang harmonis berubah menjadi sangat miris
Saling melawan hingga saling tikam
Begitulah akibat betah hidup dalam bangunan kapitalisme
Biang kerok deritanya dunia
Prestasinya hanya membuat gaduh, berulah mematikan kehidupan, pembangkit monster jahanam
Hingga membuat skema hegemoni, atas yang lemah
Mustahil keharmonisan manusia terjalin oleh kapitalisme
Kebodohan harusnya dihentikan
Berhenti berbohong pada diri untuk terus melawan kodrat dunia
Kembalilah pada wahyu-Nya, maka rumah akan kembali ramah
Kebumen, 10 Januari 2021
Kala hujan tak kunjung reda
1 Komentar
puisinya bagus banget
BalasHapus