Subscribe Us

KAJIAN KESEHATAN ISLAM: MEMAHAMI TANGGUNG JAWAB UMAT ISLAM TERHADAP SAINS DENGAN QADHA DAN QADAR

Sumber Foto: Adhe Erikstiade Bahar (Reporter)

Vivisualiterasi.com-Kajian Kesehatan Islam (KKI) yang diadakan oleh Health Proffesional Cares for Sharia (HELP-S), pada Ahad, 23 Februari 2020 berlangsung selama 4 jam yakni pukul 08.00 – 12.00 WITA. Kegiatan ini bertempat di Auditorium Prof. Amiruddin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Lokasi sebenarnya dijadwalkan berlangsung di Learning Theatre-5, namun digeser ke Auditorium fakultas agar menampung lebih banyak peserta yang datang.

Kegiatan ini dihadiri oleh 150-an lebih peserta dari 200-an yang telah terdaftar secara online. Peserta yang hadir berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pelajar, dosen, tenaga dan praktisi kesehatan, dll.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh pembina HELP-S Prof. dr. H. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D. Beliau merupakan guru besar FKM Unhas, sekaligus sebagai pendakwah. Kegiatan KKI ini bertemakan “Wabah Virus Corona: Ketika Sains Bertemu Takdir”. Menghadirkan 2 narasumber yang ahli dan cakap untuk mengupas tema kegiatan secara menyeluruh.

Narasumber pertama ialah Ahmad Rusdam Utomo, Ph.D selaku peneliti utama Steamcell & Cancer Institute. Narasumber kedua ialah dr. Arif Santoso, Sp.P(K), Ph.D, FAPSR., selaku ketua pengurus cabang Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) cabang Sulawesi, sekaligus dosen FK Unhas. Jalannya acara sendiri dipandu oleh Nursalam Hamzah, S.Si., M.Si., Apt., yang merupakan dosen jurusan Farmasi UIN Alauddin Makassar, sekaligus mahasiswa S3 program studi Doktor Farmasi ITB.

Adapun narasumber pertama yang tampil ialah dr. Arif dalam kesempatannya memperkenalkan bagaimana virus corona yang telah merenggut ribuan nyawa manusia dalam waktu yang relatif singkat. Beliau pun memaparkan status prevalensi dari penderita corona virus saat ini, disertai penjelasan lengkap terkait epidemologi, patogenesis, gejala klinis, serta langkah-langkah terapi dan penanganannya.

Sumber Foto: Adhe Erikstiade Bahar (Reporter)

Selain itu, dr. Arif juga menyampaikan bagaimana kondisi dan problematika para saintist umat Islam saat ini, serta perbandingannya dengan saintist asing yang terlihat lebih berkembang. Beliau pun memaparkan seharusnya umat Islam bisa melakukan hal yang lebih hebat dibandingkan umat lainnya. Karena para peneliti asing sendiri tidak memiliki aqidah yang kokoh untuk menopang penelitian-penelitan mereka. Sedangkan umat Islam punya berbagai potensi besar dari aqidahnya yang cemerlang.

Narasumber kedua, yaitu Doktor Ahmad, dalam kesempatannya lebih menekankan bagaimana menyikapi qadha dan qadar dari virus Corona ini sebagai umat Islam. Apakah umat Islam cukup diam dan menerima apa adanya saja, ataukah mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya? Dan kalaupun ingin mencari tahu, untuk apa?

Doktor Ahmad mengutip beberapa dalil-dalil Alquran seperti QS. al-Furqan: 3 dan QS. Ali-Imran: 190-191, yang dimana umat Islam selalu dituntut untuk mengamati segala fenomena alam yang terjadi disekitarnya. Dengan pengamatan dan penelitian tersebut, maka setiap manusia akan sadar bahwa setiap materi Allah telah ciptakan qadar-nya masing-masing. Karena dengan inilah umat Islam mestinya mengerti dan paham bagaimana mengelola qadar yang telah Allah tetapkan tersebut.

Tak lupa pula beliau memaparkan sejarah umat Islam ketika berhadapan dengan wabah penyakit menular, seperti yang terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab, dan juga wabah amwas di Granada ketika umat Islam menguasai Andalusia. Beliau turut menjelaskan ketika wabah MERS yang tidak menginfeksi satupun jamaah haji, dikarenakan pengelolaannya terhadap wabah.

Sumber Foto: Adhe Erikstiade Bahar (Reporter)

Sekian contoh di atas menjadi bukti bahwa sebenarnya dalam menghadapi wabah penyakit menular, bagi umat Islam sudah bukan hal yang baru lagi. Bagaimana sikap terhadap qadar dari penyakit menular inilah yang akan menjadi tanggung jawab besar umat Islam sebagai umat terbaik-Nya. Terbukti dengan paparan contoh sejarah umat Islam yang sukses menangani penyakit menular yang mematikan.

Inilah qadar dari Allah Swt. yang dapat diprevensi oleh manusia. Karena bagaimana menyikapi qadar Allah ini akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak, bukan qadha-Nya yang tak dapat diubah-ubah lagi, seperti terlahir sebagai ras atau suku tertentu. Skala tanggung jawab ini oleh Doktor Ahmad dibagi menjadi dua, yaitu skala fardhu ‘ain, dan fardhu kifayah. Dimana yang terlibat ialah semua elemen masyarakat, mulai dari Individu, penguasa, hingga ke sistem yang diterapkannya.

Jalannya proses pemberian materi diikuti oleh antusias yang tinggi oleh para peserta, terlebih saat sesi tanya jawab yang sangat interaktif. Diharapkan setelah kegiatan KKI oleh HELP-S ini dapat berkelanjutan lagi dengan forum-forum diskusi yang baru, terlebih antar sesama tenaga profesional kesehatan dan para aktivis dakwah, untuk turut berkontribusi memajukan dan memuliakan umat Islam dengan Syariah.[AD]

Posting Komentar

0 Komentar