Subscribe Us

PANDEMI COVID-19 BELUM BERAKHIR

Oleh Nurhikmah
(Team Pena Ideologis Maros)


Vivisualiterasi.com-Tampaknya masyarakat sudah mulai jenuh hingga menampakkan ketidakyakinannya terhadap pandemi saat ini. Tetapi nyatanya penyebaran wabah Covid-19 belumlah berakhir. Penyebaran wabah hingga kini masih terus mengalami peningkatan yang cukup singnifikan.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah pun menjelaskan dalam rapat koordinasi daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Pusdalops BNPB, Minggu (23/5). Bahwa "Memang dalam enam hari terakhir kita sudah bisa melihat adanya tren kenaikan (kasus positif Covid-19). Jadi kalau biasanya kita mengalami penurunan, di sini dalam seminggu terakhir ada penambahan kasus aktif sebesar 440 kasus."  (CNN Indonesia, 23/5/2021)

Diprediksi peningkatan kasus Covid-19 akan terus melonjak sampai pertengahan Juni mendatang. Tidak hanya tren peningkatan kasus Covid-19, tercacat pula bahwa virus corona kini telah mengalami proses mutasi. Hingga menghasilkan varian virus baru yang tingkat penyebarannya lebih cepat. 

Hal ini sebagaimana yang dikutip dari Liputan6.com (24/5/2021), dimana Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono memprediksi peningkatan kasus Covid-19 pasca lebaran akan terjadi hingga pertengahan Juni 2021.

Wamenkes juga menyebutkan bahwa hingga kini, ada tiga jenis mutasi virus corona yang masuk ke Indonesia yakni, B.1617 dari India, B.117 dari Inggris, dan B.1351 dari Afrika Selatan. Terungkap pula bahwa sejauh ini telah ada 54 ditemukan kasus Covid-19 di Indonesia akibat tiga varian baru virus corona tersebut. Ketiganya memiliki tingkat penyebaran yang cepat. Sebelumnya memang telah ditemukan sebanyak 13 Anak Buah Kapal (ABK) kewarganegaraan Filipina terpapar virus corona varian baru asal India tersebut yakni B.1617, saat mereka melakukan bongkar muatan di Cilacap, Jawa Tengah. Belasan ABK tersebut kini tengah menjalani isolasi dan perawatan di RSUD Cilacap. 

Sementara itu, baru-baru ini Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga menemukan dua kasus penularan virus corona varian B.1617.2. Kasus itu ditemukan secara berkala melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes). (CNN Indonesia, 23/5/2021)

Menjadi Alarm Keras

Berbagai data peningkatan kasus Covid-19 tersebut, seharusnya menjadi alarm keras. Baik bagi masyarakat maupun negara. Sebab, penyebaran wabah corona yang tidak kunjung berakhir bahkan terus mengalami peningkatan. Hal ini tentu menunjukkan bahwa masyarakat mulai abai dan tak peduli dengan protokol kesehatan. Dalam hal penanganan dan penanggulangan wabah, negara terbukti belum mampu menangani masalah pandemi ini secara serius. Tampaknya, upaya pemerintah membatasi kerumunan melalui penyekatan jalur mudik juga masih belum berhasil. Sebab pelaksanaan upaya tersebut tampak masih setengah hati. Hal itu bisa dilihat saat negara melarang rakyat pribumi untuk mudik tetapi disaat yang sama pula negara memberikan izin kepada WNA untuk masuk ke Indonesia. 

Pada dasarnya, penanganan pandemi Covid-19 memang tidak akan dilakukan dengan serius dan maksimal jika negara masih saja menerapkan sistem demokrasi-kapitalis. Tengok saja, bagaimana respon pemerintah di awal penyebaran virus corona. Negara tampak lamban, bahkan justru mengabaikan penyebaran virus corona. Negara mengeluarkan kebijakan saat penyebaran virus sudah mulai meluas. Kebijakan yang diambil pun masih setengah hati. 

Tak ada yang mengherankan. Karena asas dari sistem demokrasi-kapitalis hanya bersandar pada nilai manfaat dan materi semata. Sehingga, kepentingan rakyat menjadi prioritas ke sekian setelah kepentingan para penguasa, yang tentu hanya mengejar aspek manfaat maupun materi dari kebijakan yang dikeluarkannya. Maka wajar jika saat ini kepercayaan rakyat terhadap negara mulai memudar. Hingga mengakibatkan mereka mulai kehilangan kepercayaannya terhadap wabah virus corona. Berbagai hoaks terkait pandemi Covid-19 pun kini mulai bermunculan. Dampaknya rakyat mulai menjadi acuh, hingga kepatuhannya pada protokol kesehatan pun pelan-pelan mulai ditinggalkan.

Kebijakan Sepenuh Hati, Ada Dalam Islam

Jauh berbeda dengan sistem demokrasi-kapitalis yang kebijakannya masih setengah hati, sistem Islam yang lahir dari akidah Islam justru melahirkan solusi atas segala persoalan kehidupan dengan sepenuh hati. 

Dalam sistem Islam, tidak hanya kebutuhan pokok (berupa sandang, papan, dan pangan), keamanan dan keselamatan rakyat merupakan tanggung jawab dari negara. Sehingga, menyelesaikan suatu problem yang menjadi penyebab terancamnya keselamatan rakyat merupakan kewajiban bagi negara. Termasuk dalam hal penanganan wabah Covid-19. Negara juga berkewajiban untuk menyelesaikannya secara serius. 

Dalam hal ini, melalui sabdanya Rasulullah saw. telah mengabarkan bahwa solusi lokcdown merupakan strategi tepat untuk mencegah wabah semakin meluas. 

“Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat, maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR Muslim)

Adapun terkait permasalahan ekonomi yang selama ini menjadi pertimbangan negara dalam pemberlakuan strategi lockdown, bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan oleh sebuah negara yang menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan. Sebab, Islam memiliki sistem ekonomi unik. Selama 13 abad Islam mampu memimpin 2/3 dunia. 

Islam mengenal tiga pilar kepemilikan dalam sistem ekonomi. Diantaranya, kepemilikan individu, umum, dan negara. Atas tiga konsep kepemilikan ini, ekonomi akan diatur sedemikian rupa oleh negara. Termasuk dalam hal pengelolaan sumber daya alam yang dikelola oleh negara secara mandiri tanpa melibatkan asing dan juga menyerahkannya kepada swasta. Sehingga, dengan kemandirian ini segala hasil dari pengelolaan sumber daya alam tersebut dapat dikelola sendiri oleh negara dan hasilnya akan kembali diserahkan kepada rakyat dalam bentuk pemenuhan kebutuhan pokok maupun penyediaan layanan umum yang memadai bagi rakyat. 

Maka dengan ini, bukan suatu hal yang sulit bagi negara untuk memprioritaskan keselamatan rakyat di atas segalanya termasuk di atas permasalahan ekonomi. Namun, sistem kehidupan nan sempurna ini tak akan dirasa kecuali jika Islam dapat diterapkan secara sempurna dalam institusi negara Khilafah Islamiyah.

Wallahu a'lam bisshawab. [SP]

Posting Komentar

0 Komentar