Subscribe Us

PANEN PUASA SUNNAH DZULHIJJAH

Oleh: Ustadz Meto Elfath
(Founder FD-IMI Sabulakoa)


Vivisualiterasi.com-[Kajian Kitab Al-Jami’ Lil Ahkam Ash-Shiyam, karya Syaikh Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah]

Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada setiap hamba-Nya untuk menunaikan semua kewajiban dan memperbanyak amalan sunnah. Di antara amalan sunnah yang ditetapkan-Nya adalah berpuasa sunnah yang tersebar di setiap bulan, sehingga tidak ada satu bulan pun kecuali ada puasa sunnah di dalamnya. Semua itu merupakan rahmat dari Allah ta’ala.

Khusus untuk bulan Dzulhijjah, di samping puasa-puasa sunnah yang umum berlaku pada semua bulan, seperti puasa sehari lalu berbuka sehari (puasa Nabi Dawud ‘alayhissalam), puasa senin dan kamis, puasa tiga hari setiap bulan, dsb., syariat juga telah menghimpun tiga penyebutan puasa sunnah khusus di dalamnya (puasa sunnah bulan Dzulhijjah), yaitu:

1). Syariat menyebutkan anjuran untuk berpuasa pada bulan-bulan haram. Bulan Dzulhijjah termasuk salah satu bulan haram. RasuluLlah shallaLlahu’alayhi wasallam bersabda, “... Berpuasalah pada bulan Ramadhan dan tiga hari setelahnya, serta berpuasalah pada bulan-bulan haram (Muharam, Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah).” (HR. Ibnu Majah [1741])

2). Syariat telah menetapkan puasa sembilan hari pertama (tanggal 1-9) Dzulhijjah sebagai puasa yang sangat utama, bahkan lebih utama dari jihad fiy sabiliLlah, kecuali sang mujahid mendermakan diri dan hartanya di dalamnya.

Dari ibnu Abbas ra., RasuluLlah bersabda: “Tiada amal shaleh di beberapa hari lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini, yakni sepuluh hari. Mereka bertanya: Wahai RasuluLlah, tidak juga dengan jihad fiy sabiliLlah? Beliau bersabda, Ya, tidak juga dengan jihad, kecuali jika orang itu keluar membawa dirinya dan hartanya untuk berjihad lalu dia tidak pulang kembali membawa salah satu pun dari keduanya.” (HR. Ibnu Majah [1727], Abu Dawud, Ahmad, ad-Darimi & Baihaqi)

“Bahwa RasuluLlah biasa berpuasa sembilan hari dari bulan Dzulhijjah, pada hari Asyura dan tiga hari setiap bulan, senin yang pertama dari bulan itu dan dua kamis.” (HR. An-nasai [2417])

3). Syariat menetapkan puasa pada hari ke sembilan (tanggal 9) Dzulhijjah sebagai puasa suunah yang lebih utama setelah puasa wajib Ramadhan. Di antara keutamaannya, puasa Arafah dapat menebus dosa dua tahun (satu tahun sebelemunya dan satu tahun sesudahnya). RasuluLlah bersabda:

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari Arafah, maka akan diampuni dosanya selama dua tahun berturut-turut (satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya).” (HR. Ath-Thabrani, Ibnu Abi Syaibah dan Abu Ya’la)

Puasa hari Arafah ini disyariatkan bagi orang yang tidak berada di padang Arafah (wukuf). Artinya, bagi mereka yang sedang wukuf di padang Arafah (jamaah haji), tidak disyariatkan pada mereka.

“RasuluLlah shallaLlahu’alayhi wasallam melarang dari puasa pada hari Arafah bagi mereka yang berada (wukuf) di Arafah.” (HR. An-Nasai, Abu Dawud, Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Ahmad, dari Abu Hurairah)

Demikianlah, syariat Islam telah menganjurkan untuk berpuasa di bulan Dzulhijjah sebagai salah satu bulan haram. Ditetapkan pula bahwa puasa sembilan hari pertama dari bulan Dzulhijjah (tanggal 1-9) adalah waktu yang disunnahkan secara khusus. Dan lebih khusus dan utama lagi dari sembilan hari itu ialah puasa pada tanggal 9 DDzulhijjah (hari Arafah) bagi yang tidak sedang berada di padang Arafah.

Selamat berpuasa sunnah bulan Dzulhijjah, semoga barakah menyertai hari-hari kita semua![]

Markas FD-IMI Sabulakoa,
Selasa, 30 Dzulqaidah 1441 H / 21 Juli 2020 M

Posting Komentar

0 Komentar